Blue Spinning Frozen Snowflake

Senin, 29 Desember 2014

Perasaan menusuk hati

Karya Arini Wulandari 

Terdiam aku terpuruk kaku
Tersentak tanpa kata
Hanya bisa membisu
Tanpa satu pun cahaya
Yang membangkitkan senyuman manis
Kehidupan nyata dari dentuman hati

Aku hanya bisa membisu
Seakan pasrah dengan semua apa yang terjadi
Aku hanya sebutir pasir yang berserakan di pantai
Terbawa oleh gelombang yang tak menentu arah
Dan aku tak bisa menghindar
Ketika angin hembuskan aku untukmu
Aku hanyalah debu ditengah gersang
Yang mengharap hujan hentikan angin membawaku terbang

Dirimu adalah sebuah nama yang kutuliskan
Sedang aku hanyalah sebuah nama yang tak kunjung kau baca
Kucoba merajut kapas putih nan cantik
Ketika rajutan itu akan utuh,
Kau hancurkan dengan sebuah bambu yang teramat tajam

Bahagiakah kau dengan lukaku ini?
Tegakah engkau merusak rajutan yang akan utuh ini?
Masihkah kau menganggapku sebuah terminal? 
Yang bisa kapan saja pergi dan datang
Ketika ia membutuhkan penumpang,  ia datang
Dan ketika ia mendapatkannya lalu pergi

Biarkan Tuhan yang mengatur dentuman hati ini
Kemana tujuannya tak bisa ditentukan
Bagaikan ombak yang berjalan ke sana ke mari
Tanpa tau kemana ia akan berlabuh

Sabtu, 27 Desember 2014

Rembulan

Karya Arini Wulandari

Ketika fajar mulai bersembunyi
Sunyi senyap hati memikirkan kapan rembulan menghampiri
Terasa sedih ketika kau jauh di hati
Terasa canggung ketika kau berada di sisi

Pagi ini aku bercanda
Bertegur sapa dengan daun-daun
Segar hijau indah berseri
Dedakian telah dibasuh semalam 
Aromanya menguatkan tarikan napas
Menyisihkan senyuman manis sang rembulan 

Keheningan pagi ini mengingatkanku
Akan keheningan malam tanpa rembulan
Awan menurunkan layar hitam
jari jemari gerimis memainkan biola
Dan menggesek senar cello
Daun menari ditingkah jilatan petir
menoleh gulita dengan terang 

Tiba-tiba kesunyian menyapa
Tanpa ada satupun kata terlontar dari wajah sang rembulan
Tiba-tiba keletihan menegur
Membuat wajahku terkapar kaku saat bertemu dengan sang rembulan 
Sang rembulan pun menyingkap tirai-tirai bulu mata
Tanpa bisa menyaksikan matahariku yang berteduh di pundaknya